Sedangkan murka Allah timbul dengan sebab pelanggaran dari makhluk-Nya terhadap apa-apa yang diminta atau dilarang oleh-Nya.
Senin, 29 Juli 2013
Rahmat dan Ampunan Allah Sedemikian Besarnya, Lebih Besar Dari Adzab dan Murka-Nya
Kalaupun seorang manusia tidak pernah beramal untuk Allah, kalaupun
sedemikian buruk akhlaknya, namun pada asalnya Allah ta’ala tetap sayang kepada
makhluk-Nya. Dia menciptakan manusia, memberi rizki kepadanya dari sejak
dalam kandungan, ketika penyusuan sampai dewasa, walau seorang
manusia belum melakukan amal apapun untuk Allah ta’ala.
Sedangkan murka Allah timbul dengan sebab pelanggaran dari makhluk-Nya terhadap apa-apa yang diminta atau dilarang oleh-Nya.
Tercatat dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tatkala Allah
menciptakan para makhluk, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak
di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan
kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari no. 6855 dan Muslim no. 2751)
Di dalam Fathul Bari, hadits di atas menjelaskan bahwa rahmat Allah
ta’ala lebih dahulu ada dan lebih luas daripada murka-Nya. Hal itu disebabkan
rahmat Allah ta’ala adalah sifat yang sudah melekat pada diri-Nya (sifat
dzatiyyah) dan diberikan kepada makhluk-Nya tanpa sebab apapun. Dengan kata
lain, walaupun tidak pernah ada jasa dan pengorbanan dari makhluk-Nya, pada
asalnya Allah ta’ala tetap sayang kepada makhluk-Nya. Dia menciptakannya,
memberi rizki kepadanya dari sejak dalam kandungan, ketika penyusuan, sampai
dewasa, walaupun belum ada amal darinya untuk Allah ta’ala. Sementara murka-Nya
timbul dengan sebab pelanggaran dari makhluk-Nya. Maka dari itu, rahmat Allah
ta’ala sudah tentu mendahului murka-Nya.
Luasnya Rahmat Allah
Dari hadits di atas juga menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah
yang diberikan kepada makhluk-Nya. Berikut kami sampaikan beberapa riwayat yang
berkaitan dengan luasnya rahmat Allah ta’ala.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Saya mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah menjadikan rahmat (kasih sayang)
itu seratus bagian, lalu Dia menahan di sisi-Nya 99 bagian dan Dia menurunkan
satu bagiannya ke bumi. Dari satu bagian inilah seluruh makhluk berkasih sayang
sesamanya, sampai-sampai seekor kuda mengangkat kakinya karena takut menginjak
anaknya.” (HR. Bukhari no. 5541 dan Muslim no. 2752)
Dari Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu, beliau
menuturkan: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di
tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya.
Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun
memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bertanya kepada kami, “Apakah menurut kalian ibu ini akan tega
melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?” Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi
Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Allah lebih
sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” (HR.
Bukhari no. 5999 dan Muslim no. 2754)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Kalau
seandainya seorang mukmin mengetahui segala bentuk hukuman yang ada di sisi
Allah niscaya tidak akan ada seorang pun yang masih berhasrat untuk mendapatkan
surga-Nya. Dan kalau seandainya seorang kafir mengetahui segala bentuk rahmat
yang ada di sisi Allah niscaya tidak akan ada seorang pun yang berputus asa
untuk meraih surga-Nya.” (HR. Bukhari no. 6469 dan Muslim
no. 2755)
Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah
Setelah mengetahui betapa luasnya rahmat Allah ta’ala, maka
seharusnya kita lebih bersemangat lagi untuk menggapainya dan jangan sampai
berputus asa darinya. Sikap putus asa dari rahmat Allah inilah yang Allah
sifatkan kepada orang-orang kafir dan orang-orang yang sesat. Allah
berfirman, “Mereka
menjawab, ‘Kami menyampaikan berita gembira kepadamu dengan benar, maka
janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa’. Ibrahim berkata, ‘Tidak
ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-Nya, kecuali orang-orang yang
sesat’.” (QS. Al Hijr: 55-56)
Dan juga firman-Nya, “Wahai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.”(QS. Yusuf: 87).
Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaly hafidzahullah memberikan faidah
untuk ayat di atas, “Oleh sebab itu, berputus asa dari rahmat Allah ta’ala
merupakan sifat orang-orang sesat dan pesimis terhadap karunia-Nya merupakan
sifat orang-orang kafir. Karena mereka tidak mengetahui keluasan rahmat Rabbul
‘Aalamiin. Siapa saja yang jatuh dalam perbuatan terlarang ini berarti ia telah
memiliki sifat yang sama dengan mereka, laa haula wa laa quwwata illaa
billaah.”
Selain itu, berputus asa dari rahmat Allah juga termasuk salah satu
diantara dosa-dosa besar. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya tentang dosa-dosa besar beliau
menjawab, “Yaitu syirik kepada Allah, putus asa dari rahmat Allah, dan merasa
aman dari makar/adzab Allah.” (HR. Ibnu Abi Hatim, hasan)
Ampunan Allah Termasuk Rahmat-Nya
Pembaca yang dirahmati Allah, salah satu bentuk luasnya rahmat
Allah adalah luasnya ampunan Allah bagi para hamba-Nya yang pernah melakukan
kemaksiatan kepada Allah, selama hamba tersebut mau bertaubat. Allah ta’ala
berfirman, “Katakanlah:
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Ayat yang mulia
ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan
lainnya untuk segera bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan bahwa Allah
akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa
tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagaikan buih di lautan.”
Kemudian beliau menambahkan, “Berbagai hadits menunjukkan bahwa
Allah mengampuni setiap dosa (termasuk pula kesyirikan) jika seseorang mau
bertaubat. Janganlah seseorang berputus asa dari rahmat Allah, walaupun begitu
banyak dosa yang ia lakukan karena pintu taubat dan rahmat Allah begitu luas.”
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Saya mendengar Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda, Allah ta’ala berfirman, “…Hai anak Adam, sungguh
seandainya kamu datang menghadapKu dengan membawa dosa sepenuh bumi, dan kau
datang tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatupun. Sungguh Aku akan mendatangimu
dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Jangan Kau Undang Murka Allah dan Merasa Aman Akan Terbebas Dari
Adzabnya
Banyak manusia yang terlena karena luasnya rahmat dan kasih sayang
Allah terhadapnya, sehingga menjadikan dia merasa aman dari datangnya murka
Allah disebabkan dosa dan kemaksiatan yang ia lakukan. Kemurkaan Allah bisa datang
berupa adzab dan siksa baik di dunia maupun di akhirat.
Allah ta’ala berfirman, “Maka
apakah mereka aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga datangnya)?
Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS.
Al A’raf: 99). Ayat tersebut menjelaskan bahwa diantara sifat orang-orang
musyrik adalah mereka merasa aman dari siksa Allah dan tidak merasa takut dari
siksa-Nya.
Maka hakikat adzab (makar) Allah ta’ala ialah Allah memberikan
kelonggaran kepada seorang hamba yang senantiasa berbuat dosa dan maksiat
dengan memudahkan urusannya (dalam bermaksiat) sehingga di benar-benar merasa
aman dari murka dan siksa-Nya. Dan hal inilah yang dinamakan “istidraj”.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika Allah memberikan
kenikmatan kepada seorang hamba padahal dia tetap dengan maksiat yang
dikerjakannya, maka sesungguhnya itu adalah istidaj.” Kemudian
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membacakan firman Allah, “Maka ketika mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan
semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam dan berputus asa.”
[QS. Al An'am: 44] (HR. Ahmad, shahih)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.



0 komentar:
Posting Komentar